Kesalahan Orang Tua Yang engga Disadari

Kesalahan Orang Tua Yang engga Disadari

Gue kadang suka banget dengerin temen-temen gue curhat, mulai dari masalahnya tentang kuliah, pacarnya yang over protectif, sampe ada juga tentang masalah dengan orang tua dan keluarganya, gue selalu menjadi pendengar apalagi ketika masalah yang mencakup orang tua, kenapa ? karena gue tau rasanya, ketika lu sedang dalam masalah dengan orang tua lu, dan curhat ketemen lu, beberapa diantara mereka mungkin bakal bilang "itu kan orang tua, harusnya Kamu diem aja", atau "itu kan orang tua kok kamu gitu sih". Sedangkan sebenernarnya dia sedang kalut dalam perasaannya, bukan ingin di seperti itu kan.

Gue jelas paham, setiap orang pasti pernah adu mulut dengan orang tua, dan betapa kita akan menjadi durhaka hanya karena ingin sesekali menjelaskan apa yang kita rasakan tanpa bermaksud menyakiti orang tua kita, tapi malah yang terjadi adalah kita menyakiti hati mereka. Gue juga tau, menghormati dan membahagiakan orang tua adalah kewajiban seorang anak, menyakiti hatinya termasuk dosa besar, tapi bukan berarti kita harus diem, bukankah yang bengkok harus pelan-pelan diluruskan ? 

Maksudnya, di Indonesia sendiri masih banyak orang tua yang terus ingin dituruti dan didengar oleh anaknya, lupa jika sang anak punya keinginannya tersendiri, mereka terkadang terlalu menuntut sang anak untuk mengikuti apa yang mereka inginkan, dan yang sering terjadi adalah orang tua sering kali tanpa sadar membandingkan anak yang satu dengan yang lain, atau membandingkan anak mereka, dengan anak teman dan sodaranya. Ini sering kali terjadi.

Gue pernah denger seorang teman gue panggil aja Joni bercerita bahwa orang tuanya meminta dia agar bekerja apapun yang penting dikantor, katanya supaya si Joni ini nyaman tanpa kelelahan, tentu Joni menurut, maka dia mati-matian mencari pekerjaan asal kerja dikantor, setelah mendapatkan pekerjaan sesuai keinginan orang tuanya, Orang tua Joni kembali meminta Joni pindah pekerjaan, katanya Pekerjaan si Adi, Sepupu Joni lebih enak. Kerja diPabrik, dengan Gaji tinggi. Padahal sebenarnya si Joni ingin sekali kuliah jurusan ke dokteran, menjadi orang yang mampu merawat jiwa manusia. sekali lagi, gue jelas paham orang tua Joni ingin sekali anaknya menjadi orang sukses, yang mampu mereka banggakan pada teman-teman mereka, tapi orang tua Joni lupa, mereka lupa bertanya bagaimana keinginan Joni, dan apa yang Joni sukai.

Baru-baru ini juga gue denger temen gue Siti yang cerita, habis berantem hebat dengan ibunya. Siti memang orang yang baik dilingkungannya, dari kecil gue tau menurut ceritanya dia engga pernah main naik angkot, dia cuma main dengan tetangga depan rumah itupun seminggu hanya sesekali. karena Siti tau Ibunya pasti marah besar kalo tau Siti main jauh, yang kena imbas bukan hanya Siti tapi teman-temannya. Gue berteman dengan Siti kebetulan sejak SMA, sempat beberapa kali gue mendengar cerita Siti yang berbohong pada ibunya tiap kali dia telat pulang, bukan karena tega, tapi Siti yang baru mengenal lingkungan SMA itu juga ingin seperti teman-temannya bermain sambil naik kendaraan. Main agak jauh. Bukan tidak pernah Siti jujur kepada Ibunya, Siti selalu jujur pada ibu, tapi jika siti Jujur meminta Izin untuk pergi maka sebelum kalimat selesai sudah ditolak keinginan Siti dengan ucapan seperti "Mau jadi apa kamu main keluar rumah ? mau jadi cewek liar ? ngambur-ngamburin duit ? liat tuh kakak kamu juga diem dirumah engga kelayapan kaya kamu!" begitu kurang lebih ucapan ibu Siti.

Gue dan Siti Jelas setuju, ibunya hanya takut anak perempuannya terjun bebas ke jalan yang engga bener, beliau hanya ingin menjaga anak perempuannya supaya tahu adab, hingga sampai kejadian terduga kemarin membuat gue rasanya ingin memeluk Siti yang jauh disana, FYI usia gue dan siti itu sama seperempat abad. lebih dari 19 Tahun, sudah Bekerja.

Untuk sebagian orang yang melihat Siti mungkin akan mencemooh dia bagaimana bisa cewek umur 19 tahun pulang kerumah jam 10 malam aja udah di maki habis-habisan oleh orang tuanya ? tapi Siti engga pernah masalahin itu, doi selalu cerita ke gue kalo doi percaya Ibunya maksudnya baik, sampai suatu ketika Siti Nelepon gue dengan suara nangis, intinya doi bilang doi baru diusir sama Ibunya,
.
.
.
Siti ? Diusir ? Apa dia hamil ? begitu pikir ku engga percaya karena Siti bukan tipe cewek yang kalo pacaran negatif, gue tau bahkan Siti sekarang jomblo, dan untung segera siti mencegah pikiran buruk gue, katanya doi diusir gara-gara pulang jam 11 malam habis nonton bersama temen-temennya (perempuan) kebetulan saat itu dia udah pesen dan kebagian jam segitu, dia juga engga bisa nolak ajakan temennya karena ya engga enak lah. Saat itu Siti memberitahu orang dirumah bahwa dia akan pulang telat sekitar jam 11 an. tapi nasib Siti sedang sial, tanpa membalas pesan. ketika sampai rumah dengan kondisi kelelahan Siti harus menghadapi ibunya, gue yakin setiap orang pasti pernah kaya Siti.

Mencoba Sebaik mungkin berbicara tentang apa yang dirasakan, dengan tidak berniat menyakiti orang tuanya. Siti berkata pada ibunya bahwa dia hanya sekali ini keluar malam, dia engga pernah keluar malam sebelumnya, dia juga engga akan keluar selarut ini lagi lain kali, beberapa hari mereka perang dingin sampai sesuatu yang tidak disengaja terjadi, Siti saat itu disuruh Ayahnya, lalu Siti bilang "iya yah, engga usah teriak ini mau dikerjain" katanya lembut sambil tertawa, ayah siti membalas senyum anaknya. Entah ada apa Ibu Siti tiba-tiba mengamuk tanpa alasan, berteriak di telinga Siti bahwa Siti anak yang kurang ajar, Anak yang engga tau diuntung karena udah di Khawatirin malah engga ngerti, ibu Siti terus berteriak engga peduli saat itu Siti sudah ketakutan setengah mati, sudah menjerit minta dimaafkan, tapi ibu Siti masih terus berteriak memaki anaknya, dan berjanji akan kasar mulai saat itu, Siti di Usir beberapa kali, tapi Siti Enggan untuk pergi. Saat itu Siti terus mencoba menjelaskan di tengah isakan tangisnya, bahwa Siti juga menyesal sudah mengemukakan pendapat seperti itu, Siti terus menerus minta maaf tapi percuma, semakin Siti mencoba mengemukakan apa yang dirasa semakin Ibunya berteriak teriak.

Gue mendengarnya engga percaya, gue tau itu salah Siti yang pulang telat sampe jam 11 malem, tapi gue juga tau Siti engga bermaksud menyepelekan Ibunya, dan disini gue sadar bagaimana Masyarakat masih menganut sistem 'Anak Tetap Anak', berapa besarpun umur mereka, mereka sering kali masih dianggap anak kecil yang harus patuh tanpa penjelasan orang tua, beberapa orang tua bisa sampai memukul anaknya jika sang Anak meminta penjelasan kenapa tidak boleh ini, dan tidak boleh itu.  Orang Tua terkadang engga sadar kalo mereka bisa jadi sangat egois karena hanya mementingkan perasaan mereka tanpa pernah mencoba percaya kepada anak, atau sekedar berdiskusi membuat peraturan yang harus dipatuhi oleh sang Anak.

Beberapa orang tua sering juga menuntut anaknya untuk jadi A, dan B dan C sampai suatu ketika si Anak tidak bisa kemana-mana, tidak maju. Mereka lalu menyalahkan si Anak yang katanya 'bodo, engga kaya siitu'. Padahal tanpa si Orang Tua tau, si Anak sudah susah payah mengikuti semua keingingan orang tuanya, tapi memang mungkin bakatnya tidak disitu.

Ada juga yang mengajari anaknya dengan cara memukul tanpa mendengar penjelasan anak, atau tanpa mencoba menjelaskan pada anak terlebih dahulu, gue masih engga tau sebenernya cara yang baik untuk mendidik anak seperti apa, yang pasti gue tau memang sulit. Tapi apakah satu-satunya cara adalah dengan 'Kekerasan' ?  Jika dari kecil sampai besar anak terus di cekoki dengan Pukulan, teriakkan, Emosi buruk setiap hari bukankah kelak dia akan mewarisi sifat itu ? dan ditambah Sifat Dendam.

Orang Tua juga masih belum sadar, tentang pentingnya jiwa anak, karena beberapa anak bisa saja depresi karena kelakuan orang tuanya, paling ringan mungkin Panic Attack karena sering liat orang tuanya bertengkar dan setiap lihat yang bertengkar dia akan ketakutan sendiri, merasa panik entah harus gimana, atau sang anak menjadi takut melakukan sesuatu karena dirumahnya jika dia salah dia akan dipukuli, dampak buruknya sang anak bisa saja bunuh diri karena engga tahan dengan kelakuan orang tua dan engga tau harus gimana, karena orang-orang yang dia percaya seperti teman-temannya pun enggan untuk mendengarkan, mungkin salah satu manfaat mendengarkan tanpa berkomentar itu adalah meringankan beban emosi seseorang.

Tapi Bagi kalian  para orang tua bagaimana sih cara mendidik anak tanpa kekerasan ? yang punya saran dan pengalaman boleh komentar dibawah ya hehe

0 comments:

Post a Comment