Review Buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
sumber gambar : referensibukubagus.wordpress.com

Akhirnya setelah dua hari gunta-ganti novel karya mas Tere Liye, setelah baca Hujan, disusul Ayahku (bukan) pembohong, dan dengan penuh kesabaran si emak peri mangut-mangut aja atas kelabilan saya, akhirnya saya memutuskan untuk review buku Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, dan emak peri masih dengan kesabarannya masih aja menyetujui, padahal mungkin dia pingin kita nge-review Sepotong Hati Yang Baru, hehe.

Eh kenapa bahasanya jadi 'saya' bukan 'gue'? karena sedang belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, haha. Setelah dari pagi duduk dikantor fokus baca akhirnya selesai baca tepat saat hujan turun, jadi inget novel mas Tere Liye yang Hujan, menurutku Novel Hujan jauh lebih seru daripada novel ini, entah kenapa disini awal baca bab pertama udah pingin nyerah gitu aja karena awalnya menurutku engga menarik.

Pertama kali baca bab pertama, hati dan otak udah menggerutu like 'ini sebenernya ceritain apa sih?' dan 'apa ganti buku lain aja ya ?' tapi berhubung hati nurani saya sedang sadar, bahwa saya sudah 3 kali ganti buku maka saya mengurungkan niat itu. sebenarnya komentar pertama itu harus saya makan bulat-bulat karena dipertengahan cerita saya mulai penasaran sama akhir dari novel ini.

Novel Karya Tere Liye yang terbit pada tahun 2012 dan diterbitkan oleh Gramedia Pusaka ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang terdiri dari Ibu, Tania, dan Dede(adik Tania) yang harus hidup dirumah kardus dengan kondisi sang ibu yang sering sakit-sakitan, Tania dan Dede terpaksa putus sekolah karena keadaan ekonomi mereka yang terbilang sangat kurang, bahkan untuk membeli sandal pun mereka kesusahan. Tania dan Dede seorang anak yang sangat menyayangi ibunya demi kelangsungan hidup, mereka harus bekerja sebagai pengamen dari kendaraan satu ke kendaraan lainnya.

Suaru hari saat mengamen di Bus, kaki Tania tertusuk paku payung yang lumayan besar datang lah seorang laki-laki bernama Danar, berusia 24 tahun menolong Tania, dan menjadi malaikat bagi keluargannya sejak saat itu.

Buku ini sebenarnya menceritakan tentang kisah cinta terpendam Tania pada 'Malaikat' keluargannya, usia mereka terpaut sangat jauh, membuat Tania harus menutup rapat-rapat gejolak dihatinya, Tania beranggapan Danar hanya menganggapnya seorang adik, seorang gadis yang dulu berkepang dua, seorang gadis yang berhasil dia sekolahkan sampai jenjang Tinggi.

Sesuatu terjadi diakhir cerita pada buku ini, perjalanan kisah Tania dan arti dari ucapan Danar Tentang Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin pada saat ibu Tania akhirnya meninggal dunia karena kanker paru-paru pada akhirnya dapat dimengerti.

Seperti yang saya bilang diawal, buku ini sangat membosankan awalnya, butuh kesabaran. Menuju akhir, pembaca akan merasa seperti Tania, dibuat penasaran dengan apa yang terjadi, bersama Tania akhirnya Pembaca akan dibawa menuju jawaban tentang pertanyaan 'NYERITAIN APA SIH NI BUKU'.  meskipun di akhir cerita menurut saya agak gemash karena tidak sesuai yang dibayangkan, tapi sejauh ini saya suka buku ini. gimana menurut Emak Peri ? Klik : Review Menurut Emak Peri

Orang-orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung menghubungkan satu dan hal lainnya. Mencari-cari penjelasan yang membuat hatinya senang

Pria selalu punya ruang tersembunyi di hatinya. Tak ada yang tahu, bahkan percayakah kau, ruang sekecil itu jauh lebih absurd daripada seorang wanita terabsurd sekalipun

0 comments:

Post a Comment