sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Waiting_(Degas) |
Beberapa tahun lalu, sebuah surat telah aku tulis di blog pribadi, kataku jangan pernah menunggu seseorang yang menjadikan 'waktu yang salah' sebagai alasan, engga perlu menunggu apa yang engga pernah mau ditunggu, karena tanpanya mungkin kamu dapat mendapatkan seseorang yang lebih baik, beberapa orang benci melihatmu terpuruk, apalagi alasannya jika bukan patah hati di dalam proses menunggu, kamu kerap kali berteriak di media sosial seolah paling disakiti, lalu menyakiti dia yang sedang kamu kejar.
Ah, aku hanya sedang berbicara tentang seorang teman lama, terimakasih karena pernah menyukai aku di waktu yang salah. Jika sampai saat ini perasaanmu masih menetap mungkin sudah menginjak tahun ke 7. Hidup selucu itu ya, kamu menungguku yang sedang menunggu orang lain, pada akhirnya aku menyerah saat kamu juga menyerah atasku. Tidak apa, semoga bahagia.
Penantian memang engga pernah kenal lelah, aku tau rasanya menyukai seseorang begitu dalam, seperti seolah engga ada titik hitam buat akhir, bagaimana patahnya hati kita saat orang itu ternyata memiliki orang lain, ajaibnya penantian hanya memberi luka singkat, dan kepercayaan diri berkepanjangan 'pada akhirnya mereka akan putus'. itu benar. bukan mendoakan, hanya sering terjadi. Tapi, pada akhirnya setiap pejuang penantian akan menemukan akhir, entah bahagia atau malah membenci, kita sering kali berpendapat bahwa orang yang kita tunggu selalu saja tidak mempunyai hati, seolah mereka engga mau mencoba hanya terpaku dengan dua jawaban ; Membalas dengan terpaksa atau Mengabaikan. Dan yang membalas dengan terpaksa pun kadang berakhir dengan melepaskan lalu mengabaikan. Sejenak aku ingat lagu dari seorang penyanyi Indie Fiersa Besari yang berjudul Waktu yang salah kira-kira liriknya seperti ini :
"Bukan ini yang ku mau
lalu tuk apa kau datang
Rindu tak bisa diatur
Kita tak pernah mengerti
Kau dan aku menyakitkan.."
Lagu ini benar, terkadang orang yang kita suka kerap kali datang seenaknya tanpa memberi kepastian, meskipun hanya sekadar "Hi", bagi Pejuang penantian jelas itu seperti cahaya dalam kegelapan, seperti akhir dari penantian panjang, tapi bagi yang di nanti, ia hanya butuh teman kala sepi. Itu benar, sering kali yang dinanti berfikir sependek itu, seegois itu. Namun, rasa yang tepat memang sering terjadi di waktu yang salah.
Semisal begini, Aku disukai olehmu. Kita sedekat itu, dekat yang menurutku hanya teman tapi menurut mu itu lebih dari apa yang aku fikirkan, sialnya bukan hanya rindu yang tak bisa diatur, hati pun ikut-ikutan tak bisa diatur, kadang aku, sebagai yang dinanti sering kali terbawa suasana, menikmati proses yang kamu berikan hingga mungkin tanpa sadar aku jatuh hati, engga semudah itu memang, membedakan antara terbawa suasana atau jatuh hati itu sulit sulit mudah. Makannya ada beberapa diantara mereka yang dinanti akan menerima kamu, tapi kalian berpacaran engga lama karena mungkin dia sadar kalo dia hanya terbawa suasana, ada juga yang langgeng. Menurutku itu perasaan pribadi. Balik lagi ke Pribadi masing-masing.
Sekali lagi aku jelas paham sulitnya menjadi penjuang yang menanti di waktu yang salah, pada orang yang salah, tapi aku engga begitu mengerti tentang keputus asaan yang akhirnya malah berubah jadi rasa benci, aku tau patah hati bisa sedasyat itu, tapi apakah itu adil membenci seseorang yang engga mau membalasmu ? menurutku itu egois, engga adil.
Begini, Mereka engga pernah menyuruhmu menunggu, kamu yang selalu ingin menunggu. Ketika kamu lelah menunggu sering kali mengeluh tentang berapa lama lagi kamu harus menunggu, sedangkan mereka akan membalas, engga usah menunggu cari aja yang lain. Namun masih aja terus kamu mengeluh tentang patah hatimu itu, kerap kali mereka memberi dua pilihan seperti ; ayo kita pacaran, atau aku pergi. Tapi kamu malah engga bersikap tegas, aku tau kamu sedang berfikir kalo mereka mengajak pacaran hanya karena kasihan, tapi bukan kasihan sebenarnya, mereka kadang terlalu frustasi untuk mendengar keluhanmu tentang patah hati, tapi ada juga saat dimana mereka memang ingin mencoba membuka hati. Jadi buatlah keputusan !
Tahukah kamu, bahwa terkadang kamu egois. mereka berusaha menjaga hati kamu agar tidak terluka saat mereka bersama yang lain tapi kamu masih aja mengorek luka dengan melihat semua akun sosial media yang bahkan mereka sembunyikan, pada akhirnya kamu akan bersikap ketus, lalu mereka bertanya pada diri sendiri apa aku sedang mendua ? itu pertanyaan konyol karena mereka harus bersembunyi dan membujukmu ketika kamu marah seolah kamu adalah pacar mereka, hanya karena perasaan engga enak.
Sekali lagi, untuk siapapun yang sedang menunggu , tegaslah tanyakan pada dia apa ada kesempatan atau enggak, jika tidak mari membuka hati dan berhenti bernegoisasi, engga usah memaksa diri menanti, karena sebenarnya mereka pun lelah melihatmu terus menuntut agar engga disakiti.
Untukmu yang pernah menanti, Terimakasih sudah tidak membenci, aku tau kelak kita akan dewasa dengan sendirinya, meskipun setiap pertemuan yang tidak disengaja kita hanya bisa melempar senyum canggung setidaknya menurutku kamu baik.
Tentang Penantiannya Emak Peri Klik : Emak Peri
Tentang Penantiannya Emak Peri Klik : Emak Peri
0 comments:
Post a Comment